LIE
“I’m curious about where you are
And what you doing.
Am I being annoying?”
Saat
orang mengatakan dunia kecil. Bagi Gue, seorang cewek yang jatuh cinta pada
mantannya teman Gue sendiri, yaitu Rani. Dunia ini luas, buktinya Gue belum
bisa dan belum sempet untuk berkeliling dunia, dan mengarungi lautan yang luas
ini. Bahkan, sebelum Gue berniat untuk keliling dunia. Gue belum berkeliling
Indonesia.
Dunia
kecil yang orang-orang maksud mungkin, karna tidak sengaja bertemu lalu menjadi
sepasang kekasih, yang notabene salah satunya mempunyai teman yang kenal
keduanya. –ya pokonya gitu-
Tapi
dunia kecil menurut Gue adalah, ketika Lo tinggal di suatu daerah –Depok dan
sekitarnya- Lo bertemu dengan orang-orang yang teman Lo kenal. Contoh kecilnya
gue, yang sedang berpacaran dengan cowok bernama Taza, kita kenal melalui chat
–baca Whyou, kenapa Gue bisa kenal Taza-. Dan tiba-tiba Taza berpacaran
–sebelum berpacaran dengan Gue- dengan sahabat Gue, Rani namanya. Hubungannya
kandas setelah dua bulan mereka berpacaran, karena Taza memilih teman SMP-nya
yang bernama Dina.
Taza
dan Dina pun berpacaran. Sewaktu SMA Dina satu sekolah dengan saudara Gue yang
bernama Eva. Dina juga mantan pacar dari teman di SMK Gue, namanya Dicky. Dan
mereka bertiga –Taza, Dina, dan Dicky- adalah teman satu SMP.
Hubungan
Taza dan Dina kandas setelah delapan belas hari berpacaran –katanya Taza-,
karna sesuatu yang malas Gue jabarkan disini. Seminggu setelah Taza putus dari
Dina. Taza berpacaran dengan Gue sampai detik ini.
Taza
mempunyai satu mantan di SMP-nya yang sampai sekarang masih berteman dekat dan
sering bertemu, –kadang bikin cemburu- Ayu namanya. Dan ternyata Ayu adalah
mantan pacar dari mantan Gue, namanya Panji. Jadi, Gue sama Ayu sudah satu almamater
karena satu mantan. Kalau Gue putus sama Taza. Wisuda dua kali Gue sama Ayu,
dan jadi dua almamater. Panji adalah teman SD Gue, sekaligus tetangga dirumah.
Dan Panji adalah teman SMP Ayu –bukan Cuma Ayu, Dina, Taza, dan Dicky juga-.
Itu,
dunia kecil menurut gue. Jadi artinya, karena Lo tinggal di daerah yang sama.
Kemungkinan Lo akan ketemu dengan orang-orang yang teman atau kerabat Lo kenal
sebelumnya.
Hubungan
Gue sama Taza. Dibilang memburuk, enggak. Dibilang baik-baik saja, ya emang
baik-baik saja. Kenapa Gue bisa berpacaran sama Taza? Jelas-jelas sebelumnya
Taza bilang dia lebih nyaman teman aja. Karna, kalau pacaran akan banyak hal
yang berubah.
Gue
inget saat Taza bilang suka, Gue fikir dia punya perasaan lebih ke Gue.
Ternyata suka yang dia maksud adalah nyaman. Rasa sukanya belum sampai rasa
sayang ke Gue. Mungkin, karena waktu itu dia lebih dekat dengan Dina. Walaupun
setiap hari kita bertemu.
Gue
juga inget saat pertama kali Taza bilang nyaman sama Gue. Dan Gue dengan
bodohnya berfikir kalau rasa nyaman yang dia maksud adalah rasa sayang. Disaat
dia mengatakan itu. Dia sedang berpacaran dengan Dina.
Dan
terakhir Gue ingat saat dia bilang sayang ke Gue. Sayang dan nyaman karena
setiap hari bertemu. Dan, kemungkinan besar. Kalau kita tidak sering bertemu.
Rasa sayang dan nyaman nya juga akan kandas.
Gue
ganti display picture BBM, dan Taza
mengomentari. Taza juga mengganti display
picture BBM-nya bersama Ayu dengan filter anjing dari snapchat.
November,
13th 2016
Taza: Ya elu ini, lu lucu tapi gua sayang :v
Anggi: Cie yang sayang. Semoga ga peyang :v
Taza: semoga ga bertepuk sebelah ginjal *eh
Anggi: anju ginjal wkwk
Taza: DP gua kayak obito ga Nggi?
Anggi: Cuma liat cewe -.-
Taza: belakang nya gua -_-
Anggi: liat cewenya doang )))): wkwk
Taza: ko liat cewenya doang? ._.
Anggi: fokusnya ke situ hati gua wkwk
Taza: uuuu sayangku cemburu yaaaa? :D
Anggi: engga, biasa aja kokk wkwk
Taza: oh kirain cemburu :3 wkwk
Anggi: dirumah gua lagi pada keilangan HP -_-
Taza: lah ko bisa keilangan Hp? -_-
Anggi: gatau -_- ade dan bokap gua keilangan HP.
Lagi ga rezeki
Taza: Ya Allah banyak amat yang keilangan -_-
semoga gua ga kehilangan lu :3
Anggi: haha gua ga kemana-mana kok. Gausah takut
kehilangan. Justru yang harusnya takut kehilangan itu gua. Takut lu berpaling
:3
Taza: yakin lu ga kemana-mana? Guamah gabakal
berpaling dari lu pelor
Anggi: ya paling gua dirumah dan dikampus Za
wkwk
Taza: anju maksud gua bukan lokasi kampret wkwk
Anggi: bahaha iya Za emang bukan lokasi
Taza: maksudnya hati bukan lokasi wkwk
Anggi: iya tau Za wkwk. Hati gua ga kemana-mana
kok. Stay disamping lambung :v
Taza: ya anju minta di cium wkwk
Anggi: Jangan berpaling dari aku -- coba
buktikan
Taza: iya dibuktiin ko tenang aja
Anggi: Dibuktiinnya gimana coba?
Taza: dengan cara, gua tetep sama lu terus,
abis mau pacaran, tapi gaenak sama Fauzan, trus ada yang berubah, gimana dong?
–
Anggi: lu mau pacaran?
Taza: mau sebenernya, tapi takut lu ilfeel juga
Nggi soalnya kan lu gamau
Ntah
setiap cowok tuh memang rata-rata ga peka atau gimana. Gue tuh suka sama Lo.
Kita udah sama-sama bilang sayang. Yakali Gue gamau pacaran, apalagi sama orang
yang Gue suka.
Dan bukan berarti cewek tuh muna kalau ditanya
dia jawab ga jujur. Cewek ga jujur karena ada alasan dibalik itu. Terutama Gue,
karena Lo –Taza- adalah mantan pacarnya sahabat Gue –Rani-. Makanya Gue perlu
pertimbangan dan hati Gue perlu diajak kompromi.
Anggi: lu aja kan belum nembak -_- tau darimana
gua gamau? -_-
Taza: kan waktu itu lu bilang gamau pacaran -_-
Anggi: waktu itu kan sebelum kita melakukan
semua ini –Sebelum Taza mencium Gue- dan sekarang gua mau kepastian
Taza: Emm gua mau pacaran sama lu :3
Anggi: Ngomong langsung ah :v
Taza: haha iya nanti ngomong langsung kok
Anggi: Okeeh
Malam
harinya bertepatan Gue sampai rumah sepulang dari kampus. Taza menjemput Gue
untuk nonton film di bioskop. Gue dan Taza memilih film ber-genre horor, dengan judul film Before
I Wake.
Saat film sedang berlangsung. Taza mengatakan hal yang
selama ini Gue tunggu.
“Yang pacaran gimana?” Taza bertanya.
Dengan gugup Gue jawab, “nanti aja.”
Satu
alasan yang pasti. Saat film sedang berlangsung. Gue gak konsen antara
pertanyaan Taza yang buat hati Gue dagdigdug gajelas. Dan film horror yang lagi
gue tonton yang buat hati Gue tegang ketakutan.
Usai
dari nonton film. Karena sudah malam, Gue dan Taza memutuskan untuk pulang.
Taza gak langsung antar Gue pulang, karena Gue minta jalan-jalan dulu sebelum
pulang. Dan pada saat dijalan lah gue bicara serius dengan Taza.
“Lo mau pacaran, Za?” tanya Gue pada Taza.
“Ya mau, tapi Gue gaenak sama Fauzan. Gue
kan yang nyomblangin Lo sama dia, tapi malah Gue yang deket sama Lo.” Tegas
Taza.
“Sekarang gini, kalau Lo gaenak sama
Fauzan. Gue lebih gaenak sama Rani. Karena Rani adalah mantan Lo, sekaligus
teman deket Gue.” Anggi membuang nafas panjang.
“Oh ya, Rani ya. Tapi, Lo juga kan takut
kita putus-”
“Za, Gue memang takut putus. Tapi kan kita
coba dulu. Kalau bisa jangan sampai putus. Dan sekarang kita kan sama-sama
suka. Gausah fikirin yang lain. Gue juga gak suka Fauzan. Lo mau pacaran?”
tanya Anggi.
“Mau, tapi gimana-,”
“Yaudah hari ini kita pacaran. Kita gausah
bilang siapa-siapa. Biar aja mereka yang tau sendiri kalau kita pacaran. Kita
ga perlu banyak omong. Jaga perasaan Gue. jangan mentang-mentang ga pamer
status bisa sesuka hati Lo, tanpa fikirin perasaan Gue,” tandas Anggi.
**
Setelah
Gue dan Taza jadian. Taza mengatakan bahwa dia sempat terkejut, karena Gue
telah ‘menembak’nya, Gue menegaskan bahwa Gue tidak pernah ‘menembak’nya. Saat
itu Gue hanya ‘memutuskan’ untuk memperjelas hubungan Gue dengan Taza.
Karena
Gue ngambek dan kekeh dengan pendirian Gue, bahwa tidak pernah ‘menembak’ Taza.
Dan Gue mau dia yang menyatakan perasaan ke Gue. Taza pun menyatakan
perasaannya.
“Gue sayang sama Lo. Lo mau jadi pacar
gue?”
“Mau gak ya,” jawab Gue sembari membentuk
simpul bulan sabit di bibir.
Tanpa
Lo harus bertanya dua kali, Gue pasti akan jawab ‘iya’. Gak mungkin gue nolak
cowok yang selama ini Gue suka. Ya walaupun Gue nanti dianggap TMT alias Teman
Makan Teman. Toh, Taza dan Rani sudah putus, dan Taza gak ada status. Jadi, Gue
mau terima dia.
Taza
dan Gue jadian tepat ‘Supermoon’ di tahun ini, yaitu empatbelas November.
Awalnya memutuskan untuk tanggal sebelas, karena waktu itu –saat jadian- lupa
tangga berapa. Malah, saat Taza main kerumah Gue, dia bilang kalau jadiannya
tanggal enambelas. Ya, yang pasti bulan November.
Tiga
hari setelah gue resmi menyandang stasus sebagai pacarnya. Ada masalah di
komunikasi, karena ponsel Taza yang sudah dimakan usia dan berujung dengan maut.
Komunikasi paling lama dia memberi kabar dua hari sekali. Itupun bertahap,
awalnya mulai dari enam jam sekali Taza memberi kabar, naik jadi Sembilan jam
sekali, naik lagi jadi duabelas jam sekali, dan yang terakhir dua hari sekali.
Sabar-sabar kalau pacaran punya masalah di komunikasi –berak sabar Gue-.
Kalau
ditanya Gue bahagia atau engga pacaran sama Taza, jelas Gue bahagia. Enak atau
engga pacaran sama Taza? Hmm, enak. Tapi, mungkin karena komunikasinya jarang, so, everyday
like spoiler and everyone can call ‘backstreet’ from his friend. Kalau
ditanya sayang ga sama Taza? Ya jelas lah sayang. Taza-nya? I dunno kasino indro. Taza sering bikin
cemburu? Jangan ditanya, sering sekali.
Gue
jadi ingat saat Gue mencemburui Taza saat main kerumah Ayu –mantan-nya-. Waktu
itu Gue curhat pada Fauzan via telfon.
“Halo?” sapa Gue.
“Ya, halo,” jawab Fauzan.
“Kenapa zan?”
“Gapapa, gabut aja Gue. Capek juga,
kerjaan banyak banget hari ini.”
“Ya tidur atuh kalo capek mah,” respon
Gue.
“Belum ngantuk Gue Nggi, kalau capek malah
susah tidur.”
“Lah aneh, Gue kalau capek langsung molor
malah haha,” balas Gue.
“Ya, lu mah ketauan kebo sama kayak Taza.”
“Iya sih haha, tapi Taza ayam, bukan kebo,”
timpal Gue.
“Ayam?”
“Iya.”
“Kok ayam?”
“Gatau hahah,”
“Et pea haha.”
“Zan, si Taza kan main kerumah Ayu, dia
tadi jemput Gue ngampus, terus makan bakso, nganter gue pulang. Eh dia bilang
mau kerumah Ayu, ngerjain tugas, katanya.” Diakhir kata Anggi sedikit membuang
nafas panjang.
“Yaudah sih, Taza kan udah bilang sama Lo.”
“Ya emang sih, but, now you think, when Taza said like that, I felt ‘its okay?’ no,
I’m not.”
“Cemburu?”
“Yaiyalah Gue cemburu. Gimana engga sih.
Kenapa mesti di rumah Ayu? Kalau Gue ajak ngerjain tugas di rumah Gue dia
ogah-ogahan.”
“Yaudah lah, yang penting kan dia udah
bilang ke Lo.”
“Hm, iya Zan, Gue senang dia jujur. Tapi
kan Gue takut,”
“Takut apaan?”
“Ayu itukan mantannya Taza, ya walaupun
Taza bilang dia udah gaada rasa lagi sama Ayu. Dan Taza tau siapa yang lagi
disukain dan deket sama Ayu. Tapi kan tetap aja, namanya sering ketemu terus,
perasaan nyaman pasti ada. Contoh kecilnya waktu sebelum jadian sama gue, dia
nyaman sama gue karena ketemu terus. Lah sekarang, udah pacaran malah jarang
ketemu,” sedih Anggi.
“Lu tau kan tugas dia banyak?”
“Ya, I
know. Kalau tentang tugas Gue ga pernah permasalahin. Dan gue juga pernah
bilang ke dia untuk prioritasin tugas, baru setelah itu Gue. dan kalau untuk
cemburu ke Ayu, ga terlalu banget. tapi, lama-kelamaan Gue takut kehilangan
dia, takut dia berpaling dan karena hubungan gue sama Taza gaada yang tahu
selain lo. Jadi, cewe-cewe diluar sana yang kenal sama dia, ga bisa control
perasaannya. Namanya juga cewek,gampang baper, Zan.”
“Ya sekarang lo percaya aja sama Taza.
Gausah separno itu.”
“Gue percaya, banget malah. Saking gue
percaya nya, bahkan ngelarang dia kemana pun ga pernah.”
“Yaudah, dia juga kan tetep usaha ngabarin
dan jujur sama Lo.”
“Iya Zan iya. Mungkin Gue nya yang terlalu
takut. Tapi, Gue percaya kok sama Taza. Kalau dia memang sayang sama Gue.”
“Iya. Gue yakin hubungan Lo sama Taza
lama.”
“Aamiin Zan, semoga.”
“Lagian kenapa lu bisa jadian dah?” tanya
Fauzan.
“Ya, karena Gue butuh kepastian sih,”
jawab Gue.
“Pasti udah terjadi sesuatu sama kalian,
kan?”
“Iya, kita udah sering nonton. Dia kenal
keluarga Gue juga,” timpal Gue.
“Selain itu?” tegas Fauzan.
“Ya, adalah pokoknya. Itu privacy Gue sama dia,” jawab Gue
“Pasti kalian udah lebih dari sekedar
nonton. Makanya Lo minta kepastian,” simpul Fauzan.
“Iya emang. Ah, intinya Gue takut Zan.
Takut banget kalau dia sampe berpaling.”
“Harusnya Lo tuh gak jadian Nggi, jadi Lo
gak kayak gini,” timpal Fauzan.
“Coba kasih tau Gue, Harusnya Gue gimana?
Gue jadian sama Lo gitu? Haha,” serobot Gue.
“Et tolol. Gak gitu. Maksud Gue kalau Lo
gak jadian sama Taza, mau dia ngabarin atau jalan sama siapa, Lo ga perduli,
karena status lu Cuma teman. Sekarang, karena status Lo pacaran sama dia, jadi
Lo terlalu khawatir kehilangan dia,” timpal Fauzan.
“Ya mungkin Lo benar. Tapi, sekarang kan
Gue pacarnya.”
“Justru Nggi, haha. Yaudah positive thinking aja,”
“Iya Zan,” jawab Gue.
Apa
yang dibilang Fauzan mungkin benar, dan Gue yang terlalu berlebihan. Untuk
alasan kenapa Gue bisa berpacaran dengan Taza, Gue gak tau. Apakah pacaran
untuk bersenang-senang, pacaran karena kita saling suka, atau pacaran karena
kita sudah melakukan hal itu? Gue gak tau. Taza sendiri? Apa alasan Taza
berpacaran sama Gue?
**
Dan
hari ini, sebelas November. Gue ke rumah Taza setelah pulang dari nonton dengan
Fauzan. Awalnya Gue takut untuk bilang kalau Gue habis nonton, tapi Fauzan
sudah terlanjur berucap. Gue berharap Taza marah atau seenganya cemburu. Kenapa
harus marah? Karena saat dulu Taza menyuruh untuk nonton sama Fauzan, Gue
nolak. Karena yang Gue sukain Cuma Taza seorang. Tapi, ternyata Taza gak marah.
Cemburu pun enggak, mungkin karena Fauzan teman Taza?
Are you kidding me? If you really loves me,
you must jealous, man! Even though he is your friend. And are you really care
about me? Don’t you curious about where am i And what I do? Ans me!
Sepanjang perjalanan pulang, Gue diantar Fauzan.
“Bete ih,” celetuk Gue.
“Bete kenapa? Kan udah ketemu Taza,” jawab
Fauzan.
“Padahal Gue berharapnya dia marah atau
cemburu,” Fauzan memberhentikan motornya di tukang makanan.
“Gak bakal marah dia,” Fauzan
mengeleng-geleng kepalanya.
“Kenapa?”
“Lo tau kan kemarin dia abis darimana?”
“Dari puncak,” jawab Gue santai.
“Sama siapa?” tanya Fauzan.
“Sama Ayu, dan yang lainnya.”
“Dia ngabarin lu gak?” tanya Fauzan.
“Pas ketemu dia bilangnya mau ke curug. Eh
gatau nya malah pergi sama mereka. Dia bilang sama Gue, perginya siang. Tadi,
bilang sama Lo berangkat pagi. Dia bohong,” jawab Gue.
“Dia gak ngasih tau kalau mau pergi?”
tanya Fauzan.
“Gimana ngasih taunya, dia aja gak ada
ponsel. Tapi, saat malam dia pulang, dia ngabarin Gue. Dia inget Gue, tapi
mungkin kalau Gue gak chat duluan gak bakalan inget.” Sendu Gue.
“Yaudah intinya, dia gabakal marah. Dia
aja kan kemarin pergi, ya sekarang lu pergi, jadi buat apa dia marah. Dia tuh
gabakal marah kalau dia juga ngelakuin hal kayak gitu,” jelas Fauzan.
“Hm gitu. Jadi, intinya dia ga perduli?”
“Ya mungkin. Trus sekarang kan lu lagi
jalanin hubungan sama dia, Gue bisa jamin dia gak akan berpaling.” Tegas
Fauzan.
“Kenapa Lo berani jamin?” tanya Gue.
“Ya gatau ya, Gue yakin aja kalau Taza gak
akan kayak gitu. Kan gue udah bilang. Dia itu bakal mutusin cewek kalau, ceweknya
jahat sama dia.” Jelas Fauzan, lagi.
“Iya Zan, Gue seneng dia jujur sama Gue,
Gue yakin dia sayang sama Gue, yang Gue takutin kalau dia tiba-tiba berpaling.
Gue gamau dia ninggalin Gue.”
“Sekarang gini, lagian kenapa lu pacaran
sama dia si. Tapi, karena Lo udah pacaran sama dia, Lo harus terima resikonya.
Dan kalau Lo gak yakin sama Taza, mending udahin, selagi usia hubungan kalian
belum lama.” Ketus Fauzan.
“Gila kali, Gue sayang dia, yakali Gue
udahin. Kan Gue udah pernah bilang, saking percayanya dan yakin kalau dia bisa
jaga hati. Gue gak ngelarang-larang dia pergi dan main sama siapa. Dan bukan
berarti Gue gak perduli, Gue juga gak suka ngelarang soalnya.” Jelas Gue.
“Yaudah, Lo jalanin aja dulu hubungan Lo
yang sekarang sama dia, gausah takut dia berpaling. Gue yakin dia gak bakal
berpaling. Dia juga sayang sama Lo.”
“Iya Zan.” Jawab Gue.
“Nah udah jangan galau lagi,”
“Gue Cuma butuh pengakuan dari dia.” Sedih
Gue.
“Pengakuan apa?”
“Pengakuan status hubungan Gue, Zan.”
Jawab Gue.
Kata-kata Fauzan bikin mood Gue tambah rusak sebenernya. Tapi, masukan dan nasihat dari
dia Gue bisa terima.
*
Awalnya
Gue ga terima, saat Taza jarang ngabarin Gue, mood Gue semalam juga rusak, saat Gue bilang kangen, Taza juga
bilang, Tapi, Gue ngerasa dia biasa aja. Tapi, itu semua sudah diobatin oleh
Wahyu, dengan ceramahnya yang super sekali. Setelah sekian lama, Wahyu telfon
gue hari ini.
“Halo?” sapa Gue.
“Eh nyet!”
“Lu siapa?” Gue mengkerutkan dahi.
“Dih nomor Gue gak Lo save?”
“Siapa Lo? Gajelas!” hardik Gue.
“Cumi,” panggilnya.
“Lah anju, Wahyu?” mata Gue agak
terbelalak
“Iya et.”
“Ohahah, kenapa?”
“Gapapa, Lo ga save nomor Gue ya?”
“Gaklah, ngapain.”
“Dih jahat.”
“Bodo. Lo kenapa telfon Gue dah?” Gue
sambil menguap.
“Gapapa. Pengen aja.”
“Just
say if you miss me, man.”
“Najis!” bentaknya.
“Do
you miss me, my ex-octopus?” canda Gue.
“Geleuh jing dengernya.”
“Hahah tolol ah.”
“Eh Nggi,” panggilnya.
“Wut? Eh Lo kenapa bisa jadian sama
Citra?” tanya Gue.
“Dia yang nembak kan,” sendu Wahyu.
“Emang?” heran Gue.
“Dih tai Lo. Kan dia nembak Gue pas ada Lo
juga jing.”
“Oh
yes, I’m forget. Trus kenapa Lo terima?” tanya Gue.
“Kan Lo bilang terima aja, ya Gue terima
lah,” santai Wahyu.
“Si tolol ya, gak gitu juga bazeng.”
“Ya Gue sih nurut aja, Lo bilang apa kek.”
“Hadeh. Trus coba Lo deskripsiin Citra
menurut Lo.”
“Hmm, dia kurus ga kayak Lo-“
“Eh monyet, Gue sekarang kurus. Limapuluh
coy sekarang berat Gue,” potong Gue.
“Idih boong banget najis,”
“Serah Mi serah-“
“Lu yang cumi, Gue lanjut nih. Dia pake
keurudung sama kayak Lo, dia beda banget dari Lo. Gabisa ngata-ngatain dia,
kemana-mana dilarang walaupun gue sekarang LDR. Makan aja diatur, emak Gue aja
ga ribet kayak dia.”
“Itu namanya dia sayang, bego!” hardik
Gue.
“Sayang juga ga gitu amat dah. Trus lu
sendiri gimana? Coba deskripsiin Taza,” pinta Wahyu.
“I
love him, so-“
“Deksripsi orangnya oon, bukan perasaan
lu. Et,” kesal Wahyu.
“Hahah iya, he has sexy lips, he’s tall over me, he has over weight from me, he has
cold eyes and expressionless face. I love his voice so much.” Jabar Anggi.
“Sexy-an
bibir gue apa dia?” tanya Wahyu.
“Bibir gue kayaknya haha. Eh btw, gue lagi
sedih tau,”
“Dih najong. Bibir lu mah ga sexy, Cuma ya em—“ putus Wahyu.
“Napa bibir Gue?” tanya Gue
“Gapapa haha, Lu lagi sedih kenapa?”
“Taza, bikin Gue galo, dahal Gue baru
balik dari rumahnya.” Gue sambil menggaruk-garuk mata yang hampir keluar air
mata.
“Ngapain ke rumahnya?” tanya Wahyu.
“Mau ketemu dia aja. Tadinya ada yang mau
Gue omongin berdua. Cuma karena ada Fauzan jadi gaenak aja,” tutur Gue.
“Fauzan ngapain di rumah Taza?” tanyanya.
“Dia yang nganter Gue. Gue kan balik
pulang nonton sama Fauzan. Tadinya dia ngajak jalan lagi. Tapi, Gue minta
kerumah Taza. Ih gue mau cerita Yu,” jabar Gue panjang lebar.
“Cerita aja cumi,” pinta Wahyu.
“Iya jadi, si Taza habis jalan sama
temennya kemarin. Terakhir ketemu Gue, dia bilang mau ke curug sama temen
kelasannya. Eh anju, Gue kaget pas ngeliat snapgram
si Ayu alias mantannya dan teman lainnya. Gue pun uring-uringan.” Sedih Gue.
“Trus dia ngabarin Lo gak?” tanya Wahyu.
“Dia ngabarin, tapi Cuma sebentar. Dia
juga jujur kalau abis dari puncak. Gue seneng dia jujur. Tapi ah Gue cemburu,
tai.” Kesal Gue.
“Yaelah, yaudah sih. Yang penting dia udah
ngabarin. Dan jujur juga kan sama Lo. Lo komunikasi lancar sama dia?”
“Engga, dia jarang hubungin Gue, dua hari
sekali paling lama,”
“Kok? Kenapa?” tanya Wahyu.
“Dia kan gaada ponsel, jadi semua aplikasi
android nya dipindah ke laptop. Dia ON
kalau dapet wifi dari temennya. Dia
hubungin Gue bisa dua hari sekali yu. Berak sabar Gue, sumpah.”
“Apan si najis, lebay lu. Dia gapunya hape
lebih gitu?”
“Gaada katanya.”
“Dia emang gabisa hubungin lu pake hape
nyokapnya atau adeknya, kakaknya?”
“Entah. I dunno kasino indro.”
“Apaan si anjing. Lah gaada usahanya
banget.” Kesal Wahyu.
“Ya gatau lah, Gue juga mikir kalau dia
kurang berusaha. Dulu, pas hape Gue dipake nyokap aja, Gue ngabarin pake hape
siapa aja. Entah kalau dia kenapa ga gitu juga. Mungkin karna ribet,” keluh
Anggi.
“Iyasih ribet. Gue ogah malahan. Yaudah lu
sabar aja. Yang penting dia udah usaha buat ngabarin. Walau Lo harus nunggu.”
“Dan Gue juga ngerasa dia berubah,” kesah
Anggi.
“Berubah gimana?”
“Dia berubah jadi power ranger dan gabung
sama akatsuki buat ngancurin konoha. Sedih Gue Mi,” canda Anggi.
“Ya si anjing ngajak ribut. Serius oneng.”
“Elah bang, jangan serius amat. Kata
Fauzan, kalau terlalu serius jatuhnya sakit, haha.”
“Curhat ya,”
“Emang Gue lagi curhat oon. Ya dia
berubah, dulu kalau gue gaada kabar. Biasanya kalau ketemu, dia suka nanyain
gue ngapain aja, dan kalau ketemu dia suka ngasih tau tugas-tugas desainnya,
sekarang enggak. Trus sekarang jarang nemuin Gue. mungkin bentrok sama tugas.
Dan dia terlalu sibuk hanya untuk tanya Gue. Trus dia sikapnya dingin banget sama
Gue. Semalem Gue berharap banget dia yang nganter pulang. Tapi, dia gak ada
fikiran kayak gitu. Jadi, ya gimana, Gue gabisa manja. Gue kerumahnya ada
alasan, buat apa Gue ketemu sama dia, tapi dia sedikitpun gak ngerti apa yang
membuat Gue ingin ketemu sama dia, Gue kayak planet pluto ya, ada tapi gak
dianggap.”
“Berasa lagi di dongengin anjir,” canda
Wahyu.
“Ih tai,” decak Gue.
“Lo sayang dia?” tanya Wahyu.
“Iyalah.”
“Lo sayang Gue?”
“Pengen banget si anjing,” cetus Gue.
“Gue nanya serius. Inget kata-kata Gue
Nggi, jangan sampai Lo menyesali tindakan gegabah Lo. Pertama, dengan dia
jarang ngabarin Lo, bukan berarti dia ga inget sama Lo. Dia Cuma bingung gimana
cara ngabarinnya. Contohnya Gue, dulu saat kita jadian, tiga minggu Gue ga
ngabarin Lo. Tapi, Gue usaha dengan tiba-tiba datang kerumah Lo, tanpa harus
bilang sama Lo. Dan Lo gausah berharap apa yang Gue lakuin, dilakuin juga sama
Taza. Taza dan Gue beda.”
“Okeh. Tapi kalau dia ga inget sama sekali
gimana? Dia ga inget gue,”
“Yaudah Lo ngomong serius, tanya dia, dia
masih nyaman ga sama Lo? Dia masih ada perasaan gak ke Lo? Kesampingkan tugas
buat jawab pertanyaan Gue. lo minta jawaban jujur sama dia, walaupun jujurnya
menyakitkan. Like, he is cant love you
again and he is choose with anygirl, example his ex.”
“Berat nyet berat, kata-kata lo berat.”
Timpal Gue
“Dan kedua, positive thinking Nggi, Lo percaya sama dia sepenuhnya kan?
Walaupun dia lagi sama temen-temennya. Kalau Lo jatuh cinta sama seseorang, Lo
harus jujur tentang perasaan lo. Lo bukan lagi anak kecil yang gampang berucap
putus dan mempersiapkan cadangan kalau nanti Lo putus. Lo harus berani nanggung
resikonya, Nggi. Apalagi, Lo dulu bilang, kalau Taza putusin Rani karena pilih
temennya kan, si Dina. Sekarang, kalau Taza putusin lo karna Ayu. Dia bukan
cowok baik. Dan Lo harus tinggalin dia, meski apa yang telah kalian lewatin
berdua dan apa yang telah kalian lakuin berdua.” Lanjut Wahyu.
“Lo ngomong gampang bray, yang punya
perasaan kan Gue.” cetus Gue.
“Yaudah, intinya jangan gegabah. Dan
ketiga, gak ada yang namanya selalu sibuk di dunia ini. Tergantung ke berapa lo
di daftar prioritas dia,” simpul Wahyu.
“Hmm, prioritas ya. Kalau nomor pertama
itu tugas, gue ke berapa?”
“Ya tanya Taza nya lah oneng,” cetus
Wahyu.
“Haha iya. Makasih udah mau denger
celotehan receh Gue,”
“Selaw cumi.” Jawab Wahyu.
“Eh iya, Gue kan ga pernah nanya kenapa Lo
ga hubungin Gue selama itu,”
“Kayaknya Gue udah bilang deh, Nggi. Pikun
banget sih najong.”
“Emang? Haha, kenapa dah emang?” tanya
Gue.
“Ponsel Gue jatoh ke WC anjir. Gue jijik,
Gue siram aja sekalian, masuk spiteng dah tuh,”
“Hahahha tolol, pasti Lo siram karena ada
tai nya kan? Najis jorok. Lagian boker bawa-bawa ponsel segala,” sela Gue.
“Yaelah, biasanya juga kan ga jatoh,”
“Ah oon lu ah, hahah.”
“Yaudah tidur sana, udah jam sebelas,”
celetuk Wahyu.
“Siap bos,” akhir Gue.
“Jangan galo lagi, be positive thinking, don’t overthink,” kata Wahyu.
“Yes.
I overthink but I also over-love.”
“I
know that, Bye, Cumi.” Wahyu mengakhiri telfonnya.
Kata
orang, masa pendekatan itu lebih indah dibanding setelah pacaran. Ya, gue gak bisa
memungkiri itu. Memang benar apa adanya. Dan bukan karena Lo sudah mendapatkan
yang Lo mau, Lo bisa seenak hati Lo memainkan perasaannya. Karma is looking for ya! Even though, are you really don’t care bout’
anythin’.
Komentar
Posting Komentar